Cinta Kasih dalam Penghukuman
DALAM Kejadian 3: 15 Allah mengatakan, “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini,
Apa yang terjadi di masa kita, menjadi sebuah fakta yang tidak terbantahkan bagaimana cinta kasih Allah dinyatakan dalam hidup manusia. Seluruhnya menjadi aktual, tampak nyata, luar biasa indah. Itulah keselamatan yang bernilai sangat tinggi itu, kita syukuri lebih dari apa pun. Sangat menarik bahwa berita keselamatan atau Injil itu dikumandangkan justru dalam kondisi ketika manusia jatuh ke dalam dosa. Tuhan marah untuk perlawanan dan ketidaktaatan manusia. Tetapi dalam kemarahan atau murka yang berapiapi itu Tuhan tak kehilangan kendali. Tuhan memang menghukum tetapi cinta kasih pun ada dalam diriNya. Dia murka tetapi pengampunan mengikutinya.
Di tengah murka Allah itu muncul pengharapan yang tak terbilang. Sungguh luar biasa kasih Allah, kasih yang dinyatakan ketika manusia belum meminta. Kasih yang dinyatakan ketika manusia belum memikirkannya. Kasih yang dinyatakan mendahului kesadaran manusia akan kebutuhan kasih itu sendiri. Ketika manusia terpuruk akibat dosa, Allah sudah menyatakan kasihNya. Bukankah ini luar biasa? Tetapi sayang, kita tak banyak menjelajah untuk menemukan kesejatian cinta kasih. Tak banyak kita menjelajah untuk menemukan momentum pemberian itu, sehingga akhirnya kita sering kurang menghargai makna pengampunan yang dikerjakan Tuhan, penebusan dosa dengan darah yang tertumpah. Kita tak lagi mampu menikmati kasih di balik segala yang sudah dilakukanNya. Kasih yang melampaui akal dan pikiran, kasih yang melampaui logika, kasih yang tak terbatas itu.