Bersaksi Melalui Pekerjaan

23.08 bs 0 Comments

Pdt. Bigman Sirait

DOSA tidak cuma membuat kita terpisah dari Allah. Dosa merusak seluruh tatanan hidup indah dan sempurna, yang Tuhan ciptakan. Di Taman Eden, Tuhan menyediakan biji-bijian untuk makanan manusia. Pekerjaan manusia hanya menata, mengatur, makan dan tidur. Maka ekonominya sangat perfek, artinya ada suplai terhadap kebutuhan. Mau makan apa saja ada. Itulah ekonomi yang paling hebat, luar biasa. Tetapi semuanya luluh lantak. Biji-bijian tak bisa lagi sekadar dipetik seenak perut, karena ada onak dan duri merintangi.

Persoalan ekonomi ini terjadi karena Adam dan Hawa memakan buah terlarang itu. Maka terkutuklah tanah karena manusia akan bersusah payah mencari rejeki dari tanah seumur hidup (Kejadian 3: 17-19). Manusia akan mengalami kepahitan dan ham-batan. Alam yang tadinya men-suplai kebutuhan manusia, ber-ubah menjadi sistem yang mena-han apa pun kebutuhan manusia. Maka manusia harus bertarung, tak lagi bisa sekadar memetik bijian untuk makanan tetapi harus bertarung melewati halangan.

Bicara ekonomi, manusia adalah makhluk pekerja. Ketika Tuhan membawa manusia ke Taman Eden, Dia memerintahkan manusia untuk mengusahakan dan memelihara taman itu (Kej 2: 15). Dalam konsep pemahaman seperti ini, manusia adalah pengelola, peñata layan yang baik. Manusia bisa menikmati apa yang Tuhan berikan. Kehidupan seperti ini sangat indah, sebab segala kebutuhan itu bisa dipenuhi.

Tapi manusia kehilangan jaman keemasannya. Untuk mengisi pe-rut, dia harus ber-juang dan berta-rung. Kalau malas, manusia kehilang-an momentum-momentum indah dalam memba-ngun perekonomi-an. Dalam Perjan-jian Baru ada ter-tulis “barang siapa yang malas, jangan dikasih makan”. Ini betul. Ada orang yang belum dapat kerja, tetapi mengerjakan apa saja yang bisa dia kerjakan. Dia bukan orang malas. Tetapi ada orang yang tidak punya kerja, mau enaknya saja. Membersihkan rumah pun tidak mau. Ini pemalas, yang tidak punya tanggung jawab, hanya menjadi beban keluarga. Banyak yang bisa kita kerjakan, karena kita makhluk pekerja. Tuhan menciptakan kita bukan sebagai makhluk pemalas. Kalau memang berniat kerja, memungut dan mengelola sampah di Jakarta pun orang bisa hidup. Memang tidak gampang, karena ada rasa gengsi. Kesulitan mencari pekerjaan itu lumrah, karena alam semesta ini menjadi lawan kita. Kita harus lewati semak duri dulu. Tidak ada rezeki tanpa keringat, jadi bekerja harus ada pertarungan. Tapi sekalipun kita bersusah payah bekerja, kita bisa bangga dan puas karena memakan hasil jerih payah sendiri, hasil keringat sendiri, bukan mencuri, bukan mengambil apa yang bukan menjadi hak kita. Susah payah atau kesakitan mencari uang itu terjadi pada semua orang. Orang beriman atau orang benar juga akan demikian. Tidak berarti karena kau orang beriman maka tidak perlu bekerja.

BACA SELENGKAPNYA